J A K A R T A
Jakarta. . .
Yang katanya hidup di sini sangat kejam.
Punya mental yang kuat adalah bekal untuk hidup di kota ini.
Setiap hari orang - orang mulai berangkat untuk kerja jam 4 subuh supaya menghindari macet dan bisa sampai tepat waktu di kantor.
Berharap berangkat kerja jam 6 pagi jalanan di Jakarta masih lenggang ternyata sudah mulai macet dan sudah banyak yang beraktivitas.
Pulang tepat waktu dari kantor agar bisa sampai di rumah sebelum jam makan malam dan berkumpul bersama keluarga sebelum jam tidur mereka.
Ada yang pulang kantor setelah jam makan malam agar menghindari macet di perjalanan.
Rutinitas yang tiada hari tanpa kemacetan.
Hal biasa dan semakin terbiasa setelah hidup di sini.
24 jam selalu ada hiruk pikuk kendaraan.
Ketika tiba waktunya Jakarta lenggang, bukan kota Jakarta namanya.
Jakarta yang mendadak sepi hanya saat Hari Raya Lebaran ketika para penghuni di sini kembali bersilahturahmi ke kampung halaman masing - masing.
Ada banyak orang yang menghindari hidup di sini,
tetapi ada juga orang diluar sana yang ingin hidup di Jakarta demi merubah nasib mereka.
Apakah akan semakin baik atau malah bertambah buruk.
Jakarta mengajarkan kita bahwa hidup itu tidaklah mudah.
Ada banyak hal yang bisa kita temukan di sini.
Beragam orang dari suku yang berbeda, ekonomi yang berbeda, masalah hidup masing - masing.
Semuanya mencoba bertahan agar tidak menjadi orang berikutnya yang tersingkir dari tempat ini tanpa hasil apapun.
Tak banyak yang mengeluh tentang hidup mereka tetapi di sinilah perputaran ekonomi berjalan cepat.
Saat tiba kita untuk menghabiskan hari tua, Jakarta bukanlah tempatnya.
Bukan hal biasa lagi jika kita merasakan sepi diantaranya keramaian kota Jakarta.
Walaupun Jakarta terkadang kejam untuk hidup tetapi selalu dirindukan.
Jakarta bisa sangat kejam dan bisa sangat nyaman untuk mu.
Yang katanya hidup di sini sangat kejam.
Punya mental yang kuat adalah bekal untuk hidup di kota ini.
Setiap hari orang - orang mulai berangkat untuk kerja jam 4 subuh supaya menghindari macet dan bisa sampai tepat waktu di kantor.
Berharap berangkat kerja jam 6 pagi jalanan di Jakarta masih lenggang ternyata sudah mulai macet dan sudah banyak yang beraktivitas.
Pulang tepat waktu dari kantor agar bisa sampai di rumah sebelum jam makan malam dan berkumpul bersama keluarga sebelum jam tidur mereka.
Ada yang pulang kantor setelah jam makan malam agar menghindari macet di perjalanan.
Rutinitas yang tiada hari tanpa kemacetan.
Hal biasa dan semakin terbiasa setelah hidup di sini.
24 jam selalu ada hiruk pikuk kendaraan.
Ketika tiba waktunya Jakarta lenggang, bukan kota Jakarta namanya.
Jakarta yang mendadak sepi hanya saat Hari Raya Lebaran ketika para penghuni di sini kembali bersilahturahmi ke kampung halaman masing - masing.
Ada banyak orang yang menghindari hidup di sini,
tetapi ada juga orang diluar sana yang ingin hidup di Jakarta demi merubah nasib mereka.
Apakah akan semakin baik atau malah bertambah buruk.
Jakarta mengajarkan kita bahwa hidup itu tidaklah mudah.
Ada banyak hal yang bisa kita temukan di sini.
Beragam orang dari suku yang berbeda, ekonomi yang berbeda, masalah hidup masing - masing.
Semuanya mencoba bertahan agar tidak menjadi orang berikutnya yang tersingkir dari tempat ini tanpa hasil apapun.
Tak banyak yang mengeluh tentang hidup mereka tetapi di sinilah perputaran ekonomi berjalan cepat.
Saat tiba kita untuk menghabiskan hari tua, Jakarta bukanlah tempatnya.
Bukan hal biasa lagi jika kita merasakan sepi diantaranya keramaian kota Jakarta.
Walaupun Jakarta terkadang kejam untuk hidup tetapi selalu dirindukan.
Jakarta bisa sangat kejam dan bisa sangat nyaman untuk mu.
Komentar
Posting Komentar